Peran Pemuda sebagai Agent of Change dalam Menangani Penderita PTSD
(di Era Pasca
Pandemic Covid-19)
Penulis
: Ulpizah
Pandemi Covid-19 telah menjadi perbincangan
hangat selama beberapa bulan terakhir di dunia, tak terkecuali di Indonesia.
Dalam waktu yang singkat, pandemi ini telah menyebar secara cepat dalam skala
yang luas serta menimbulkan banyak korban jiwa. Sehingga terjadi perubahan tatanan
sosial secara tiba-tiba yang menyebabkan ketidaksiapan masyarakat dalam
menangani kondisi di masa pandemi yang mengakibatkan kekhawatiran di kalangan
masyarakat meningkat.
Seiring berjalannya
waktu, cepat atau lambat, akan terdapat suatu tatanan new normal atau normal baru agar penyebaran pandemi tidak semakin
meluas, sementara tatanan sosial kembali seperti semula. Skenario new normal Indonesia sendiri sudah
disosialisasikan oleh pemerintah melalui Kementerian Kesehatan RI. Dimulai pada
1 Juni 2020 yang lalu, yang dilakukan secara bertahap di beberapa daerah dengan
tetap menerapkan protokol kesehatan yang ada.
Namun,
apakah setelah tatanan new normal
diberlakukan di era pasca pandemic ini
semua akan kembali membaik seperti semula? Karena terdapat risiko bahwa
sebagian orang mungkin mengalami PTSD (Post
Traumatic Stress Disorder) setelah melewati masa pandemi Covid-19.
PTSD atau
gangguan stres pasca trauma adalah gangguan psikologi yang dipicu oleh
peristiwa mengerikan yang langsung dialami, disaksikan, ataupun didengar oleh
penderitanya. Peristiwa mengerikan tersebut merupakan sesuatu yang traumatis
bagi penderita.
PTSD dapat
terjadi pada siapapun, terutama pada pasien sembuh yang pernah terjangkit Covid-19, pada petugas medis yang
menangani Covid-19, keluarga yang
kehilangan salah seorang anggotanya karena Covid-19,
namun tak menutup kemungkinan dapat pula terjangkit pada orang-orang yang takut
terjangkit dan terpukul karena anjloknya perekonomian mereka akibat Covid-19.
Berdasarkan
pemeriksaan mandiri secara daring yang digelar Perhimpunan Dokter Spesialis
Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), sebanyak 64,3% dari 1.522 responden
memiliki masalah psikologis cemas atau depresi dengan 46% mengalami gejala
berat, 33% gejala sedang, 2% gejala ringan dan 19% tidak ada gejala.
Pada tahun
2010, sebuah studi diterbitkan dan melaporkan bahwa total 47,8% subjek
mengalami PTSD pasca pandemi SARS, dan semua subjek mengidentifikasi pandemi
SARS sebagai pemicu trauma.
Para ahli
berpendapat bahwa kemungkinan besar pandemi Covid-19
memiliki risiko yang sama dengan SARS, yaitu dapat menyebabkan terjadinya
gangguan PTSD.
Maka dari
itu, peran pemuda sangatlah dibutuhkan saat ini guna memberi dukungan pada mereka
yang kemungkinan dapat terjangkit maupun yang sudah memiliki riwayat penyakit PTSD di era pasca pandemi Covid-19 dengan memanfaatkan kanal-kanal
media sosial yang ada.
Menurut
data Badan Pusat Statistic (BPS),
jumlah pemuda Indonesia mencapai 64,19 juta jiwa. Dengan jumlah pemuda yang tak
sedikit, seharusnya kita dapat memberikan kontribusi yang lebih di masa pasca
pandemi Covid-19. Para pemuda
diharapkan menjadi agent of change,
yang dapat memberikan perubahan ke arah yang lebih positif menggunakan
pendekatan social control.
Mari kita
galakkan dan sebarluaskan kata-kata yang dapat memotivasi dan poster-poster yang
berisi dukungan terhadap masyarakat luas, khususnya kepada mereka yang
mengalami stres, gangguan mental dan traumatis yang mendalam akibat Covid-19, serta tenaga medis yang berjuang
di garda terdepan dalam memerangi Covid-19.
Selain
itu, kita juga dapat membuat terobosan baru yang diberi nama “GARDU ‘SEMAR’”
yaitu “Gerakan Teruna Peduli dalam ‘Seminar Rakyat’”. GARDU ‘SEMAR’, merupakan
kegiatan sosial yang dilakukan oleh para teruna atau anak-anak muda yang akan terjun
langsung ke dalam masyarakat, guna memberikan edukasi lebih tentang Covid-19.
GARDU ‘SEMAR’ memiliki target utama yaitu kalangan masyarakat menengah ke
bawah. Di samping itu, para teruna dari berbagai latar belakang pendidikan
terutama kesehatan, diharapkan berkumpul membentuk satu komunitas dan menuangkan
ide-ide mereka untuk membuat planning kegiatan yang mengacu pada
kegiatan 3P (Pencegahan, Perawatan dan Pengobatan) pada masyarakat luas yang
menjadi suspect PTSD.
Alih-alih
hanya menjadi penonton, mengapa tidak kita menjadi salah seorang relawan bagi
sekitar yang membutuhkan dukungan makanan, obat-obatan dan membantu membangkitkan
semangat hidup mereka kembali, sehingga dapat mengurangi kecemasan dan
kekhawatiran yang berlebih, dengan tetap menjaga prinsip pembatasan sosial. Di
samping kegiatan tersebut, kita juga dapat mengadakan bermacam kegiatan sosial
lainnya seperti, menggalakkan penggalangan dana untuk masyarakat yang terpuruk
perekonomiannya pasca pandemic Covid-19 ini.
Gunakan
kesempatan pasca pandemi ini sebaik mungkin untuk menolong sesama yang membutuhkan, serta
ulurkan tangan kita kepada mereka yang mencari kekuatan. Jangan sia-siakan usia
muda kita dengan kegiatan yang tidak bermanfaat dan menghabiskan waktu untuk
hal-hal yang merugikan. Yuk, kita tumbuh dan berkembang bersama menjadi pemuda
yang kreatif dan produktif.
Semangat Pemuda
Indonesia!
Salam
Perubahan!
0 Komentar untuk "Karya pemenang Lomba Menulis Artikel Populer dengan tema " Peran Pemuda sebagai Agent of Change dalam Menangani Penderita PTSD (di Era Pasca Pandemic Covid-19) " Juara 1, yang telah di selenggarakan oleh IKAMMURA IAIN CURUP."